Kita
?
Seorang
anak SD asyik menggambar seorang pelaut dengan pakaian kebesarannya dan
kapalnya yang besar. Saat ditanya mengapa menggambar pelaut maka ia menjawab
agar dapat berkeliling banyak tempat di dunia.
Waktu
berlalu dan sang anak telah beranjak remaja, kali ini ia menggambar seorang
mengenakan jas lengkap dengan dasi dan tas kerjanya sedang berdiri di samping
kapal yang amat besar. Saat ditanya apa
arti gambar tersebut, ia menjawab itu dirinya yang menjadi seorang pemilik
perusahaan perkapalan agar dapat memberi pekerjaan kepada banyak orang.
Seperti kehidupan kita yang terus berubah, ada
yang menggambarkan kehidupannya sebagai sesuatu yang sederhana ada pula yang
menggambarkannya begitu kompleks. Apapun "gambar" yang kita
bayangkan, semua pasti berubah dan hanya yang memahami perubahan mampu
menyesuaikannya.
“Semua harapan kita tidak akan terwujud tanpa
upaya nyata. Tujuan kita adalah peta jalan yang memandu kita dan menunjukkan
apa yang mungkin untuk hidup kita.”
Pemain Golf
Seorang
pemain golf profesional bertanding dalam sebuah turnamen. Ia baru saja membuat
pukulan yang bagus sekali yang jatuh di dekat lapangan hijau. Ketika ia
berjalan di fairway, ia mendapati bolanya masuk ke dalam sebuah kantong kertas
pembungkus makanan yang mungkin dibuang sembarangan oleh salah seorang
penonton. Bagaimana ia bisa memukul bola itu dengan baik?
Sesuai
dengan peraturan turname, jika ia mengeluarkan bola dari kantong kertas
itu, ia terkena pukulan hukuman. Tetapi kalau ia memukul bola bersama-sama
dengan kantong kertas itu, ia tidak akan bisa memukul dengan baik. Salah-salah,
ia akan mendapatkan skor yang lebih buruk lagi. Apa yang harus dilakukannya?
Banyak pemain mengalami hal serupa. Hampir
seluruhnya memilih untuk mengeluarkan bola dari kantong kertas itu dan menerima
hukuman. Setelah itu mereka bekerja keras sampai ke akhir turnamen untuk
menutup hukuman tadi.
Hanya sedikit, bahkan mungkin hampir tidak ada,
pemain yang memukul bola bersama kantong kertas itu. Resikonya terlalu besar.
Namun, pemain profesional ini tidak memilih satu di antara dua kemungkinan itu.
Tiba-tiba ia merogoh sesuatu dari saku
celananya dan mengeluarkan sekotak korek api. Lalu ia menyalakan satu batang
korek api dan membakar kantong kertas itu. Ketika kantong kertas itu habis
terbakar, ia memilih tongkat yang tepat, membidik sejenak, mengayunkan tongkat,
bola terpukul dan jatuh persis ke dalam lubang di lapangan hijau. Bravo! Dia
tidak terkena hukuman dan tetap bisa mempertahankan posisinya.
Ada orang yang menganggap kesulitan sebagai
hukuman, dan memilih untuk menerima hukuman itu. Ada yang mengambil resiko
untuk melakukan kesalahan bersama kesulitan itu. Namun, sedikit sekali yang
bisa berpikir kreatif untuk menghilangkan kesulitan itu dan menggapai
kemenangan.
Antara Komitmen, Kesabaran dan Pengendalian
Diri
Seorang
wanita memenuhi undangan wawancara untuk sebuah pekerjaan yang diinginkannya.
Sesuai dengan undangan yang diterimanya, wanita itu datang tepat jam 5 pagi di
musim hujan yang dingin. Setelah sampai, dia dipersilahkan masuk dan menunggu
selama 3 jam sebelum diwawancarai. Apa yang ditanya penguji terhadap wanita ini
saat wawancara? Wanita tersebut hanya
disuruh mengeja abjad dan disuruh menjawab pertanyaan sepele "2+2 jadinya
berapa?"
Setelah itu, wanita tersebut disuruh pulang. Jika
kita menjadi wanita ini, bagaimana reaksi kita? Tentunya kita akan marah sebab
kita merasa dipermainkan. Mengapa disuruh datang jam 5 pagi, bukankah
seharusnya lebih manusiawi jika disuruh berangkat lebih siang?
Saat kita sudah datang jam 5 pagi, ternyata
masih harus menunggu 3 jam lamanya, bukankah kita punya alasan untuk marah?
Sebab kita membayangkan nyamannya 3 jam di pagi hari itu jika digunakan untuk
melanjutkan tidur. Terlebih lagi pertanyaan yang diberikan kepada kita adalah
pertanyaan anak TK, bukankah kita bisa marah? Datang jam 5 pagi dan menunggu 3
jam hanya untuk pertanyaan bodoh seperti itu?
Namun dari banyak pelamar, wanita inilah yang
akhirnya diterima bekerja. Mengapa bisa demikian? Si penguji menjelaskan
alasannya, "pertama, saya menyuruhnya datang jam 5 pagi sementara hujan
sedang turun. Saat ia datang berarti dia punya Komitmen. Saat saya menyuruhnya
menunggu selama 3 jam dan dia melakukannya, berarti dia punya Kesabaran. Saat
saya memberikan pertanyaan sepele, dia tidak jengkel dan marah, berarti dia
punya Pengendalian Diri yang bagus".
Sahabat, sesungguhnya setiap hari kita
dihadapkan dengan ujian-ujian kehidupan semacam itu. Melalui hal-hal kecil dan
sepele sesungguhnya kesabaran, komitmen, integritas dan karakter kita sedang diuji.
Jika kita berhasil lulus melalui ujian-ujian seperti itu, percayalah bahwa
berkat dan keberhasilan sudah menanti di depan kita.
“Jadilah pemenang atas setiap ujian kehidupan yang datang dalam hidup kita.”
0 komentar:
Posting Komentar